Kupas Nusantara, Pekanbaru — Jumat, 22 Agustus 2025, tim media menerima laporan terbaru dari siswa kelas 3 SMK Negeri 7 Pekanbaru yang menyebut perilaku kasar satpam di sekolah mereka masih terus berlangsung.
> “Kadang-kadang kalau menegur siswa, belum apa-apa langsung main fisik. Kalau ada yang nggak terima, bisa berkelahi. Itu sering terjadi,” ungkap seorang siswa yang identitasnya dirahasiakan.
Kesaksian ini memperkuat bahwa kekerasan bukanlah insiden tunggal, melainkan sudah menjadi pola berulang di sekolah tersebut.
Ironisnya, kasus sebelumnya yang menimpa dua murid kelas 2, Rifwan Wardana dan Umar, sempat berujung pada pemecatan sepihak. Mereka dikeluarkan dari sekolah setelah dipaksa membayar Rp 1,5 juta di Polsek Rumbai demi “damai” dengan satpam bernama Chandra Paska Sigalingging — sementara pelaku tetap bekerja bebas tanpa sanksi.
Namun, setelah pemberitaan media ini mencuat hingga viral, pihak sekolah akhirnya menarik keputusan sepihak tersebut. Rifwan dan Umar kini telah kembali belajar di bangku sekolah. Meski begitu, laporan terbaru dari siswa lain membuktikan bahwa masalah kekerasan satpam tidak berhenti, bahkan masih berulang hingga hari ini.
Kronologi Brutal: Dari Pemukulan hingga Pemerasan
Insiden awal terjadi Rabu, 23 Juli 2025. Rifwan dan Umar terlibat cekcok kecil dengan satpam terkait jalur lintasan kendaraan.
> “Satpam itu datang, tarik baju saya, mau tinju saya. Saya emosi, debat lah sama dia. Habis itu direrai guru,” tutur Rifwan.
Namun bukannya selesai, malam itu satpam justru melapor ke polisi dan melakukan visum. Di Polsek Rumbai, kedua murid malah dipaksa masuk meja mediasi dengan tuntutan damai Rp 3 juta, yang kemudian ditawar hingga Rp 1,5 juta. Surat perdamaian bermaterai ditandatangani, dengan posisi korban tetap sebagai pihak yang harus membayar.
Setelahnya, pihak sekolah resmi mengeluarkan Rifwan dan Umar. Fakta ini terungkap dari pesan WhatsApp guru yang menyebut keputusan datang langsung dari pimpinan sekolah. Sementara satpam yang memukul, tetap aman bekerja.
Kepala Sekolah Absen, Kekerasan Tak Terhenti
Saat kasus mencuat, Kepala Sekolah Padmi Riana, S.Pi., M.Pd. sedang berada di tanah suci menjalankan ibadah umroh. Tanpa kepemimpinan, keputusan sepihak menimpa murid.
Kini meski Rifwan dan Umar sudah kembali, laporan terbaru siswa menunjukkan bahwa pola kekerasan satpam tidak berhenti. Tindakan main fisik, arogan, hingga ancaman berkelahi masih menjadi momok di SMK Negeri 7 Pekanbaru.
Konfirmasi Hening, Publik Bertanya
Surat konfirmasi resmi telah dilayangkan tim media kepada Kepala Sekolah Padmi Riana terkait kekerasan berulang ini. Namun hingga kini, belum ada jawaban atau sikap resmi yang ditunjukkan.
Pertanyaan publik pun semakin keras:
Mengapa korban kekerasan justru dipaksa membayar uang damai di kantor polisi?
Mengapa sekolah mengeluarkan murid, sementara pelaku tetap bekerja?
Mengapa kekerasan masih berulang tanpa tindakan tegas?
Ke mana peran Dinas Pendidikan Riau?
Potret Buram Dunia Pendidikan
Kasus SMK Negeri 7 Pekanbaru kini menjadi ujian serius dunia pendidikan. Sekolah yang seharusnya melindungi, justru menekan dan mengkriminalisasi murid.
Tuntutan publik jelas: usut tuntas kasus ini, periksa Polsek Rumbai, tindak tegas satpam pelaku kekerasan, dan evaluasi manajemen sekolah.
Apakah SMK Negeri 7 Pekanbaru akan terus jadi sarang intimidasi? Atau mampu dipulihkan menjadi ruang aman bagi generasi muda?